Kami berjalan menembus orang-orang yang berlalu lalang. Orang-orang berlalu lalang tanpa mengenaliku. Namun sesekali beberapa di antara mereka berhenti dan member salam pada Abdul dan Kakak.
Baru kutahu kalau Kakak adalah panglima kanan dan Abdul adalah panglima kiri. Aku baru tahu karena orang-orang memanggil mereka demikian.
Akhirnya kami sampai di depan pintu gerbang istana besar yang terbuat dari tanah liat.
Pintu gerbang di depan kami terbuka perlahan. Terlihat di sana sosok seorang pria tua berperut buncit. Pria yang semula hanya berdiri menatapku dalam. Dia menyipitkan matanya. Raut wajahnya berubah. Riang.