Aku, Kakak, Abdul dan Edgar berlari ke dalam Istana. Tepatnya menuju aula singgasana Ibu. Edgar lalu menarik sebuah tuas dekat kursi kebesaran Ibu, Kursi itu lalu bergeser menunjukkan sebuah jalan rahasia.
Kami lalu masuk ke dalamnya.
Kursi singgasana Ibu perlahan bergeser menutup lubang. Hingga gelap kami rasakan.
“Edgar.”, bisik kakak.
Sebuah api bulat muncul dari telapak tangan Edgar. Api itu berputar mengelilingi kami berempat menciptakan penerangan yang cukup.