[#53] [Story] Chronicle of Roldia 11 : Tiga Pria tak Berperasaan

Aku, Kakak, Abdul dan Edgar berlari ke dalam Istana. Tepatnya menuju aula singgasana Ibu. Edgar lalu menarik sebuah tuas dekat kursi kebesaran Ibu, Kursi itu lalu bergeser menunjukkan sebuah jalan rahasia.

Kami lalu masuk ke dalamnya.

Kursi singgasana Ibu perlahan bergeser menutup lubang. Hingga gelap kami rasakan.

“Edgar.”, bisik kakak.

Sebuah api bulat muncul dari telapak tangan Edgar. Api itu berputar mengelilingi kami berempat menciptakan penerangan yang cukup.

Baca lebih lanjut

[#43] [Story] Chronicle of Roldia 10 : Pengumuman Penting

Aku sedikit terkejut saat aku bangun kesiangan. Kegiatanku kemarin bersama Ibu cukup menguras tenagaku. Ternyata, menikmati momen penuh kebahagiaan cukup melelahkan.

Segera kukenakan pakaianku lalu kuberlari menuju paviliun istana. Hari ini Ibu akan menyemangati para pejuang yang tengah bersiap untuk berperang.

Sesampainya di paviliun, kakak mentertawakanku.

“Tenang, belum mulai kok.”, Kakak menenangkanku. Kuatur nafasku yang nyaris habis karena berlari terlalu kencang.

Baca lebih lanjut

[#42] [Story] Chronicle of Roldia 9 : Sehari Bersama Ibu

Kudorong kursi roda Ibu berkeliling taman dalam Istana. Kakak, Abdul dan Edgar mengikuti kami dari belakang.

Pertama kali dalam sepuluh tahun aku merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Walaupun Ayah tak ada bersama kami, namun aku merasa sangaaaaat bahagia. Aku bertekad, pokoknya aku akan menghabiskan sebanyak-banyaknya waktuku bersama Ibu.

Seandainya ada orang yang hendak mencelakai Ibu, aku sudah siap untuk menghadangnya. Aku siap melindungi Ibu dengan nyawaku.

Abdac

[#41] [Story] Chronicle of Roldia 8 : Sang Ratu

“Ibu, benarkah ini Ibu?!”, kupeluk sosok wanita ini. Tak ingin kulepaskan.

“Ya sayang.”,

“KAKAK! KENAPA KAKAK SELALU BILANG KALAU IBU TELAH GUGUR DI HARI ITU?! KENAPA?! KENAPA KAKAK BOHONG!”, kumarah sekali. Kakak tertunduk.

“Ibu yang meminta Samad merahasiakannya.”, bela Ibu.

“Ibu… Aku Kangeeeeen.”, Air mataku tumpah ruah membasahi paha Ibu yang masih duduk di kursinya. Kutatap wajah Ibu. Ibu? Matamu… Matamu… Mata Ibu berwarna putih tanpa hitam. Ibuku buta…

Abdac

[#39] [Story] Chronicle of Roldia 7 : Dua Panglima dan Penasihat

Edgar bercerita padaku kalau aku akan menuju ke ruangan Ratu kami. Ratu para pemberontak. Keberadaan sang Ratulah yang selalu membuat para pejuang tetap bersemangat dan bersatu. Ratulah yang berhasil mengumpulkan orang-orang tidak hanya dari Asilon, tapi juga kota-kota lain di seluruh Roldia untuk melawan penjajahan Dark Elves.

Edgar juga bercerita kalau selama sepuluh tahun ini Ratu melakukan banyak pemberontakan kecil. Namun besok, kami akan melakukan pemberontakan yang sebenarnya. Merebut kembali Asilon.

Baca lebih lanjut