[#43] [Story] Chronicle of Roldia 10 : Pengumuman Penting

Aku sedikit terkejut saat aku bangun kesiangan. Kegiatanku kemarin bersama Ibu cukup menguras tenagaku. Ternyata, menikmati momen penuh kebahagiaan cukup melelahkan.

Segera kukenakan pakaianku lalu kuberlari menuju paviliun istana. Hari ini Ibu akan menyemangati para pejuang yang tengah bersiap untuk berperang.

Sesampainya di paviliun, kakak mentertawakanku.

“Tenang, belum mulai kok.”, Kakak menenangkanku. Kuatur nafasku yang nyaris habis karena berlari terlalu kencang.

Abdul maju ke depan.

“HARI INI KITA AKAN MELAKUKAN APA YANG DIJANJIKAN! HARI INI KITA AKAN MENTUNTASKAN AMBISI KITA! HARI INI KITA AKAN BERPERANG DEMI KEMERDEKAAN!”, teriak Abdul diikuti sorak sorai ribuan pejuang kemerdekaan.

Kakak mendorong kursi roda Ibu. Ibu maju menggantikan Abdul.

“TENANG SEMUANYA! RATU INGIN BERBICARA!”, Kakak berteriak. Sorak sorai yang begitu riuh mendadak hening. Mendengarkan. Ibu tampak seperti wanita tak berdaya, namun dia mempunyai aura yang mampu membuat orang-orang menghormatinya.

“Puluhan tahun sudah para Dark Elves dan koloninya melakukan penjajahan di Roldia. Puluhan tahun sudah, Dark Elves menginjak hak kemerdekaan kita. Dan di sini, tepat di bawah kota industri Asilon kita menggalang kekuatan. Demi hari ini. Hari yang kujanjikan.

Wahai para pejuang gagah berani. Aku. Luna Sidhart. Mengharapkan kalian semua berjuang sekuat tenaga demi Roldia, demi masa depan kita, demi anak cucu kita.

DEMI KEMERDEKAAN DAN PERDAMAIAN!”, para pejuang bersorak lebih keras dari saat Abdul menyemangati mereka.

JLEB! Mataku terbelalak. Sebuah panah menancap di tubuh Ibu menembus hingga sandaran kursi rodanya. Kakak segera menarik Ibu masuk. Edgar menyeretku yang menjerit-jerit histeris.

Abdul mengambil pisau kecil di sabuknya, lalu dia lemparkan ke salah satu lubang kecil di dinding gua. Sesosok Dark Elves bersenjatakan panah jatuh dari ketinggian. Abdul berhasil melumpuhkan sosok yang memanah Ibu.

Sementara dari salah satu sisi gua bermunculan banyak sekali tentara Dark Elves. Mereka menyerang para pejuang yang masih belum siap. Benturan besi dan teriakan kematian segera terdengar tak jauh dari tempat kami berlindung.

“IBU… IBUUUUU!”, kugoyang tubuh Ibu yang bersimbah darah. Aku menangis histeris, mempertanyakan peperangan yang begitu kejam. Perang begitu tega memisahkanku dengan Ibu saat aku baru bertemu dengannya setelah sepuluh tahun berpisah.

“IBUUUUU!”, Kakak menyeretku untuk menyelamatkan diri. Meninggalkan tubuh Ibu yang tak bernyawa di kursi rodanya.

Abdac

5 thoughts on “[#43] [Story] Chronicle of Roldia 10 : Pengumuman Penting

  1. Pertanyaan pertama: kenapa ini panjang?
    Pertanyaan kedua: kok matinya begini sih? Nggak keren. Tunggu, saya membaca Roldia dari belakang sih…

Tinggalkan komentar