[#2] [Keluarga] Hati-Hati! Penipuan Bermodus Kecelakaan

Saat yang Mati Suri Hidup Kembali

Setiap istirahat siang aku selalu Shalat Dzuhur di Masjid dekat kantor. Saat hendak berwudhu, HP-ku yang biasanya mati suri mendadak berbunyi. Kulihat nama yang tercantum di sana AAIstriku Kutekan malas tombol “YES”, lalu kuberkata parau berharap dia berpikir kalau suaminya telah lelah bekerja demi keluarga.

“ABAAAAAAAAAAAAAANG!”, teriak istriku sambil menangis.
“E… Eneng… Eneng Diah…, Eneng Diah kecelaka-aaaaaaaaaaaaaaan!”, Eneng Diah adalah adikku.

Ingin sekali aku berteriak dan berlari. Namun aku tetap berusaha tenang agar dapat menenangkan bidadariku di seberang sana.

Gawat Darurat

Singkat cerita, Istriku menerima telepon dari seseorang yang mengaku guru dari adikku. Dan guru tersebut mengatakan kalau adikku terjatuh di kamar mandi hingga mengalami kecelakan parah.

“Tenang dulu ya Say… Eneng udah dibawa ke Rumah Sakit kan?”, tanyaku dengan nada setenang mungkin.

“U… udah…”,

“Rumah sakit mana?”, tanyaku lagi.

“RSHS.”, jawab Istriku kemudian. HEEEEEEEEEEEEIIIIII! SEBENTAAAAR! teriakku dalam hati. Jarak SD Adikku dengan RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung) sekitar 45 menit – 1 jam perjalanan bila menggunakan mobil. Itu belum termasuk hitungan bila jalanan macet.

Sedangkan RSAI (Rumah Sakit Al-Islam Bandung), hanya berjarak sekitar 5 – 15 menit perjalanan. Jauh lebih dekat daripada RSHS.

Merasa ada yang janggal kuminta nomor telepon guru adikku (si penipu), sementara kuinstruksikan istriku untuk mencari nomor telepon sekolah adikku untuk menanyakan keadaan yang sebenarnya.

Kudapatkan nomor telepon ini dari istriku : 085337824472 (terakhir kali kuhubungi nomor telepon ini tidak aktif).

Saat kutelepon, di seberang sana terdengar suara yang cukup ramai,

“Diaaah… BANGUN NAAAAAK!”, maaf… dengan aksen Batak. Padahal setahuku, adikku memiliki guru asli Sunda dengan aksen Priangan yang kental. Lalu terdengar suara seseorang yang mengaku dokter mengambil alih telepon.

“Buuuu… TENANG BU!”, juga dengan logat yang sama. Sang dokter lalu menjelaskan detail perkara dari mulai adikku jatuh hingga bagaimana ia dirawat. Sementara sang dokter menjelaskan, terdengar raungan seorang guru dan beberapa anak sebagai ambience yang akan membuat situasi menjadi semakin meyakinkan.

Intinya dokter bercerita kalau dia kehabisan suatu alat yang akan membantu perawatan adikku. Saat kuatanya alat apa? Sang dokter tidak menjawabnya (mungkin dia takut kalau istilah yang ia gunakan salah), dia malah melanjutkan cerita kalau alat yang dibutuhkan tidak ada yang seukuran dengan kepala adikku.

Woi… EMANG HELM!

Pembicaraan kami jalan di tempat. Si dokter selalu menghalangiku untuk bertanya terlalu banyak. Aku-pun menjadi sedikit emosi karena setiap kali kutanya RUMAH SAKIT mana? Si dokter selalu berkelit dengan berkata.

“BAPAK HARUS TENANG DAN DENGARKAN SAYA DULU!”, lalu percakapan tak berujung itu berakhir dengan habisnya pulsaku. Tersembelihnya pulsa dalam handphoneku adalah perkara yang paling aku sesalkan hari ini.

Aku lalu meminta izin sebentar untuk meninggalkan kantor. Karena Istriku tidak mendapatkan nomor telepon sekolah adikku, terpaksa aku harus meluncur ke sekolah adikku untuk memastikan keadaannya. Namun sebelumnya aku mesti menjemput istriku dulu di rumah karena dia juga penasaran dengan fakta kejadian yang sesungguhnya.

Sesampainya aku dan Istriku di sekolah, aku mendapatkan kabar kalau semuanya baik-baik saja. Malah salah seorang guru di sana menggunakan istilah “meninggalkan sekolah dengan riang gembira”.

Jujur, pada awalnya ada sedikit kecemasan dalam diriku walaupun sebenarnya aku sudah tahu ada 70% kemungkinan ini adalah penipuan. Leganya aku diikuti dengan lemasnya kaki istriku. Kami minum sebentar untuk menenangkan diri.

Kami mencoba untuk melepaskan rasa lelah sehabis melewati 1 jam lebih waktu penuh ketegangan dan kecemasan.

Lalu, untuk lebih meyakinkan, kami berdua berusaha mencari adikku. Setelah berputar-putar sebentar kami menemukan keadaannya yang utuh tidak kurang satu apapun.

Pesan Dariku

Pesanku pada teman-teman semua jika suatu saat mengalami hal ini (mudah-mudahan tidak):

1. Jangan mengobral nomor kontak di facebook, twitter, blog atau apapun.
2. Pastikan mencatat nomor-nomor telepon penting seperti nomor sekolah, kantor, atau teman-teman anggota keluarga. Dan simpanlah catatan tersebut di dekat telepon rumah (Selain di handphone tentunya). Sehingga kita tidak perlu kelabakan mencari kabar dengan menyusul ke lokasi seperti yang kualami.
3. Jika mendapat kabar gawat darurat, tetaplah tenang. Seandainya kabar itu bukan penipuan-pun kita harus tetap tenang karena panik hanya akan menguras energi dan membuat keadaan semakin parah.
4. Jangan pernah setuju untuk melakukan transfer via ATM, pulsa, telepati atau apapun juga.
5. Jangan terlalu PD dan menyimpulkan kalau kabar yang didengar adalah penipuan. Tetap saja kita harus bergerak cepat untuk memastikan keadaan yang sebenarnya.

11 thoughts on “[#2] [Keluarga] Hati-Hati! Penipuan Bermodus Kecelakaan

  1. Assalaamu’alaikum wr.wb…

    Ternyata banyak sekali modus kejahatan yang dilakukan manusia semata-mata mahu mencari kekayaan dengan jalan mudah dan membuat orang lain menderita.

    Tindakan saudara menghadapi situasi yang sulit demikian memberi ruang untuk berfikir dan tidak terburu-buru. Alhamdulillah, pulsanya sudah habis, ini menyelamatkan saudara dari terus ditipu. Ada hikmahnya.

    Terima kasih sudah berbagi kondisi yang cemas ini untuk jadi panduan jika berlaku keadaan sedemikian. Tips-tips yang dikemukakan banyak membantu.

    Salam kenal dan dilindungi Allah untuk keluarga semuanya.

Tinggalkan Balasan ke abqih Batalkan balasan